Senin, 01 Agustus 2011

Anak INDIGO : Anak-anak yang istimewa

ANAK-ANAK ISTIMEWA
Sesuai dengan perkembangan manusia sejak awal penciptaan, kelahiran anak indigo memang sudah menjadi sebuah kepastian. Ketika memasuki tahun 2000 di kalender masehi, kita memasuki milenium baru. Namun dari sudut perkembangan manusia, tahun 2000 menjadi titik tolak memasuki new age, jaman baru. Jaman yang disebut jaman spiritual atau jaman indigo. Para psikolog yang mendalami fenomena anak-anak indigo seperti dr. erwin menyebut milenium ini sebagai milenium spiritual. Seperti halnya pada jaman biru yang ditandai dengan kelahiran anak-anak berotak cemerlang, milenium spiritual juga ditandai dengankelahiran anak-anak yang mempunyai kelebihan spiritual. Anak-anak yang baru lahir ini mempunyai cakra dominan warna indigo. Sebutan anak indigo diberikan oleh Nancy Ann Tappe, seorang psikolog yang mendalami anak-anak demikian ini
Karena cakra yang dominan pada bagian dahi, jika cakra tersebutdivisualkan, seolah anak indigo mempunyai mata ketiga. Namun pada realitas spiritual, anak indigo memang mempunyai mata ketiga. Dengan mata ketiga atau mata spiritual ini, anak indigo sering kali disebut orang awam sebagai anak sakti. Mereka sanggup melihat masa lalu bahkan masa depan. Dengan kemampuannya, mereka dapat melihat mahluk atau barang yang tak kasat mata seperti ruh misalnya. Dalam istilah ilmiah mereka mempunyai ESP (Extra Sensory Perception), yang dalam bahasa sehari-hari kita sebut indera ke-enam.
Meski secara fisik anak indigo tidak berbeda dengan bocah-bocah lainnya, namun secara spiritual ruh mereka telah mengalami kematangan. Tidak heran jika mereka ini kedapatan sangat bijak.
Kadang berbicara seperti orang tua dengan hikmat luar biasa. Menasehati orang yang lebih tua dengan kata-kata bijak yang tidak mungkin diucapkan oleh bocah seusianya. Bahkan orang tuanya sekalipun kalah bijak dengan anak indigo ini. Lalu kenapa ada anak terlahir dengan kematangan spiritual melebihi orang awam ? Semua bertolak dari proses reinkarnasi. Para psikolog yang mendalami masalah indigo percaya, proses reinkarnasi benar-benar ada. Anak-anak indigo ini adalah adalah ruh yang telah berkali-kali mengalami inkarnasi. Lewat proses inkarnasi yang berulang inilah ruh-ruh mereka belajar dan mengalami penuaan jiwa (old soul). Tidak heran jika kemudian anak-anak dengan old soul ini sanggup melihat masa lalunya sendiri atau kehidupan past life orang lain. Dr. Erwin mencontohkan, seorang anak indigo telah melihat masa lalunya sebagai orang Amerika yang dahulu meninggal karena pesawatnya jatuh.
EVOLUSI SPIRITUAL
Terlepas dari segala kelebihan anak – anak indigo, mereka diyakini datang ke planet ini dengan membawa misi. Seperti halnya para ilmuwan di jaman biru yang merobah dunia dengan teknologi, anak indigo akan merombak dunia dengan terlebih dahulu menata spiritual manusia.
Seperti diketahui, dalam kehidupan beragama setiap umat mempunyai dimensi spiritual yang dirayakan dengan cara-cara yang disebut ritual. Ada kalanya ritual ini malah bertentangan dengan esensi /hakekat spiritual itu sendiri seperti cinta kasih, perdamaian, kejujuran, tolong menolong, dll. Kadang dalam ritual agama, ada pandangan yang menghalalkan darah dari kelompok lain, mengkafirkan orang lain, mengorbankan darah, berperang atas nama agama, dll. Di sinilah peran anak-anak indigo untuk membereskan semua ini. Tatanan yang tidak sesuai dengan esensi spiritual akan dirombak sampai akhirnya muncul masa kedamaian.
Sebelum masa milenium spiritual dimulai, sebenarnya sudah lahir anak-anak indigo. Namun jumlahnya tidak sebanyak sekarang. Mereka saat ini berumur 30-an tahun dan sering disebut "van guard" (pendahulu). Layaknya sebuah pasukan, van guard ini menjadi intel. Mereka membaca keadaan dunia sebelum akhirnya lahir anak-anak indigo dalam jumlah yang banyak di berbagai belahan bumi. Anak-anak indigo ini menjadi pasukan "penyerang". Dengan kematangan spiritual yang dimiliki, mereka merombak tatanan sosial yang rusak. Perilaku umat manusia yang mengabaikan sifat-sifat mulia Sang Pencipta perlahan-lahan akan dikikis habis. Pekerjaan anak indigo ini akan berakhir dengan munculnya kedamaian di seluruh bumi. Namun proses perkembangan jaman belum usai. Anak-anak indigo hanya mempersiapkan jalan bagi munculnya era berikutnya. Setelah keberhasilan "pasukan penyerang" ini, muncullah anak-anak kristal (Crystal Children).
Anak kristal menjadi semacam "pasukan pendudukan". Mereka mempunyai kelebihan layaknya indigo children namun tidak mempunyai daya untuk melawan. Tugas mereka adalah menjaga perdamaian dan membangun segala sesuatu yang rusak akibat pertempuran anak indigo dengan tatanan dunia lama. Dalam usianya yang masih sangat belia, anak kristal bijak laksana pandita. Tidak ada kata-kata kasar, makian, umpatan yang keluar dari mulut mereka. Mereka hanya mempunyai kemampuan membangun.
Seperti van guard indigo, anak-anak kristal juga mempunyai van guardnya sendiri. Menurut dr. Erwin, seorang anak kristal telah terlahir di China dari seorang ibu yang terjangkit HIV/AIDS.
Ajaibnya dalam usia 6 bulan, virus HIV yang menjangkiti anak kristal ini hilang dengan sendirinya.
Ada 4 tipe anak indigo dengan kelebihan masing-masing. Tipe pertama adalah tipe interdimensional yakni anak indigo yang memiliki ketajaman indera keenam. Ada pula tipe artis. Anak indigo dari tipe ini amat menonjol di bidang seni dan sastra. Lalu tipe humanis yang mempunyai kelebihan untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Biasanya mereka menggunakan kemampuannya untuk menolong orang lain. Tipe terakhir adalah tipe konseptual. Mereka amat menonjol dalam merancang suatu program. Misalnya dalam rangka menyelamatkan perusahaan yang akan bangkrut atau membuat usaha baru yang booming dan mandatangkan keuntungan finansial bagi banyak orang.
BISA DILATIH
Tapi apakah kemampuan spiritual anak indigo bisa dipelajari ? Khusus untuk kemampuan indra keenam mereka, dr. Erwin memastikan bisa. Menurutnya manusia diciptakan dalam 3 bagian. Pertama diciptakan dalam bentuk ruh yang menjadi dasar kehidupan manusia. Lalu ruh ini dibuatkan solar body (tubuh matahari). Disebut tubuh matahari karena memang terbuat dari energi cahaya matahari. Tubuh matahari inilah yang sebut tubuh cahaya, tubuh eterik atau tubuh halus, karena tidak terlihat oleh mata biasa. Tubuh halus ini kemudian divisualkan dengan tubuh kasar manusia.
Dengan menggunakan kemampuan tubuh halus, manusia bisa memperoleh indera keenam. Dengan latihan khusus, anak biasa pun bisa memancarkan aura indigo. Disinilah kelebihan anak indigo. Mereka secara otomatis memancarkan aura indigo sejak lahir. Inti latihan kepekaan tubuh halus ini selalu bermuara pada relaksasi, mengistirahatkan tubuh kasar kita. Bisa dengan yoga, meditasi atau kegiatan sejenis. Dalam kegiatan ini sebenarnya kita berlatih untuk mengenal diri sendiri dan Sang Pencipta secara spiritual, tanpa terbelenggu oleh ritual tertentu. Namun anda jangan berharap kesaktian lebih dari latihan semacam ini karena kepekaan indera keenam seseorang tidak sama dengan orang lain. Ada yg peka sampai bisa melihat, mendengar, ada yg bisa meraba atau berkomunikasi melalui tulisan.
Pada anak kecil yang non indigo, sebenarnya mereka pun mempunyai kepekaan indera keenam. Namun kepekaan ini berkurang seiring dengan penggunaan otak kiri yang mulai intens, biasanya pada saat masuk sekolah. Sekolah-sekolah di Indonesia mengikuti pelajaran ala Barat.Dari awal masuk sekolah sudah diajari olahraga (otot) dan matematika (otak). Padahal sistem pendidikan kita dulu berbeda dengan mereka. Dahulu selain otot dan otak juga diajari kata-kata mutiara dan
samadhi (relaksasi, mengistirahatkan otot dan otak). Tujuannya tetap menjaga kepekaan indera keenam. Itulah sebabnya kadang kala ada dukun yang memanfaatkan anak kecil untuk mendeteksi letak mahluk halus atau melihat perbuatan seseorang di masa lampau lewat ritual yang dilakukan si dukun.

Anak INDIGO : Membawa misi khusus
Banyak anak-anak istimewa lahir di milenium baru ini dengan berbagai kelebihan supranatural. Mereka kebanyakan mempunyai kepekaan indera keenam, melebihi anak seusianya. Anak indigo, demikian mereka biasa disebut, ternyata mempunyai misi khusus di dunia ini. Apakah anak indigo itu dan misi yang mereka emban ?
Beberapa waktu yang lalu, beberapa media massa ibu kota mengulas habis seorang anak "sakti". Gadis cilik bernama Annisa itu sangat mengagumkan dalam menunjukkan kelebihan olah bathinnya. Bocah berusia 5 tahun tersebut begitu luar biasa menguasai bahasa asing seperti Inggris, Arab, atau Belanda. Padahal secara informal orang tuanya tidak pernah mengajarkan bahasa-bahasa tersebut. Bahkan kecerdasan anak ini di atas rata-rata anak seusianya. Akibat kelebihan yang satu ini, membuat Annisa tidak bisa sekolah secara formal seperti kebanyakan anak. Kecerdasannya yang melebihi teman sekelasnya, membuat dia tidak betah belajar di kelas.
Secara spiritual, Annisa juga mempunyai kelebihan. Dia sanggup menyembuhkan berbagai penyakit. Setiap hari ada saja orang datang untuk minta pertolongan. Jangan heran jika kemudian dia menjadi instruktur sebuah klub meditasi. Malam-malam si kecil ini juga selalu dilewatkan dengan ritual meditasi. Rata-rata Annisa baru tidur pukul 02.00 dini hari, setelah meditasi yang panjang. Dengan olah bathinnya tersebut, Annisa mampu mendeteksi hawa jahat di udara. Di mana ada hantu atau kekuatan jahat lainnya, Annisa sanggup melihatnya.
TAHAPAN ZAMAN
Annisa hanya satu contoh saja. Ada banyak anak-anak demikian yang saat ini telah terlahir. Anak-anak dengan kemampuan seperti Annisa bukan hal yang baru di dunia tetapi fenomenanya semakin jelas 20 tahun terakhir ini. Beberapa film mengisahkan kemampuan anak dan manusia dewasa dengan kemampuan semacam itu, diantaranya "The Sixth Sense" dan film-film seri seperti "The X – Files". Bahkan menurut dr. Tubagus Erwin Kusuma Sp KJ dari klinik Prorevital, fenomena anak dengan kepekaan indera keenam sangat wajar saat ini. Ada satu istilah untuk menyebut anak-anak ini yaitu anak indigo (indigo children) Mengawali penjelasannya, dr. Erwin menerangkan, nama indigo diambil dari bahasa Spanyol. Indigo adalah warna keenam dari warna pelangi, campuran biru dan merah tua. Lantas mengapa dinamakan anak indigo ? "Penamaan berdasarkan warna ini diurutkan sesuai dengan perkembangan manusia. Seperti spektrum warna pelangi, perkembangan manusia juga ditandai dengan satu oktaf warna. Dimulai dari masa merah, jingga, kuning, hijau, biru, ungu, indigo (nila) dan putih." Urai dr. Erwin.
Warna-warna tersebut mewakili cakra-cakra yang terdapat dalam tubuh eterik manusia. Cakra ini semacam corong energi yang letaknya di seluruh bagian tubuh, dari tubuh bagian bawah sampai kepala. Cakra berwarna merah berada paling bawah dan cakra berwarna putih di bagian paling atas atau ubun ubun kepala. Cakra ini berfungsi untuk menyerap energi dari luar atau memancarkan energi dari dalam tubuh.
Pada awal perkembangan manusia, cakra yang paling aktif adalah cakra berwarna merah. Pada jaman cakra merah manusia sangat aktif, manusia masih hidup nomaden di gua-gua, makan dari daging binatang buruannya tanpa dimasak dan sebagainya. Kebutuhan dasar manusia pada jaman tersebut hanya seputar survival saja. Manusia masih hidup mengandalkan insting dasar mereka. Pada masa inilah awal diketemukannya api.
Perkembangan selanjutnya cakra tubuh manusia mulai aktif di sekitar cakra berwarna kuning. Cakra ini terletak di bagian perut. Manusia mulai menyadari arti penting dari movement. Kadang mereka harus bergerak dari kampung suku yang lama membuat kampung suku yang baru.Dalam kebutuhan bergerak ini kadang mereka harus membawa barang yang tidak sedikit. Jaman-jaman mereka melakukan eksodus disebut jaman kuning. Dalam jaman ini perkembangan teknologi sederhana seperti roda mulai ditemukan, namun kecerdasan manusia belum mengalami kemajuan berarti.
Lepas dari jaman kuning, manusia mulai memasuki masa biru. Cakra berwarna biru yang terletak di tubuh bagian atas (antara leher dan dada) lebih dominan. Manusia yang lahir pada jaman biru mempunyai kelebihan pemikiran. Orang sudah mulai menggunakan nalarnya. Pada masa biru, ilmu dan teknologi berkembang luar biasa. Bahkan boleh dibilang jaman ini adalah jaman revolusi teknologi. Mesin-mesin mulai bermunculan. Bola lampu, listrik atau penemuan besar yang menjadi awal peradaban modern dunia dimulai pada masa biru. Masa ini juga ditandai dengan lahirnya para ilmuwan semacam Einstein, Thomas Alfa Edison, James Watt, dsbnya.
Lepas jaman teknologi atau masa biru, manusia mulai memasuki jaman spiritual. Jika sebelumnya manusia hanya berkutat seputar fisik dan otak, kini manusia mulai masuk jaman yang menuntut sesuatu yang abstrak. Spiritual manusia mulai diasah. Cakra manusia mulai bergeser ke atas, tepatnya di dahi. Di sinilah terletak cakra keenam manusia yaitu cakra yang berwarna indigo. Warna indigo ini adalah percampuran warna biru dengan merah. "Di atas satu oktaf cakra manusia masih ada satu oktaf lagi. Di atas warna ungu, orang sering sebut ultra ungu. Gabungan warna biru dengan merah dari oktaf warna atas inilah muncul warna nila atau indigo, " jelas dr. Erwin.

Anak INDIGO : Anak-anak itu dianggap "aneh"
SEPANJANG perjalanan menuju rumah nenek, Ardi, sebut saja begitu, seperti tidak bergerak. Wajahnya pucat pasi. Ia terus menutupi telinganya. Sang ibu tak berani mengusik anak sulungnya. "Saya sebenarnya heran, kok Ardi nangisnya sampai begitu waktu mendengar kabar ibu saya meninggal. Enggak seperti anak kecil lain yang kehilangan neneknya. Sedih ya sedih, tapi enggak gitu-gitu amat," ujar Dewi.
BEGITU turun dari mobil, Ardi seperti terkesima melihat sesuatu di pintu masuk. Ketika mencium jenazah neneknya, tiba-tiba ia kembali menutupi telinganya dan tampak ketakutan. Pandangannya terus menuju ke luar pintu. Setelah itu Ardi mengatakan kepalanya sakit, dan tidak ikut ke makam.
Menjelang tengah malam, Ardi menanyakan apakah ibunya mendengar suara petir siang tadi. Sang ibu menjawab, "Tidak." "Masak Mama enggak dengar, kan keras sekali dan terus- terusan, Ma," kata Dewi menirukan ucapan Ardi saat itu. "Sehabis itu Ardi menceritakan semuanya," lanjut Dewi. Selain petir, Ardi melihat burung besar di pintu rumah sang nenek. "Burung itu enggak pergi-pergi," ujar Ardi seperti ditirukan Dewi.

Saat mencium neneknya, Ardi melihat sang nenek berjalan menuju sebuah gerbang. Saat itu Ardi mendengar suara petir lagi, yang lebih keras dari sebelumnya, dan ia menyaksikan neneknya melangkah melewati gerbang, terus berjalan menuju tempat yang ia katakan "indah sekali".
Peristiwa itu bukan yang pertama, sehingga Dewi dan suaminya tidak lagi terkejut mendengar penuturan anak mereka. "Dia sering melihat macam- macam, tetapi biasanya diam. Ia hanya mau berbicara sesudahnya, pelan-pelan dan hanya kepada orang tertentu," sambung Dewi.
Usia Ardi kini menjelang 10 tahun. Di sekolah ia termasuk cerdas.IQ-nya antara 125-130. "Tapi gurunya bilang ia suka bengong di kelas," sambung Dewi. Kepada ibunya, ia bercerita melihat macam-macam di sekolah, yang tidak bisa dilihat orang lain, di antaranya anak tanpa anggota badan, dan ia merasa sangat kasihan.

Suatu hari saat belajar di rumah ia tersenyum. Ketika ditanya oleh sang ibu, ia mengatakan ada anak persis sekali dengan dirinya. Hari berikutnya ia bercerita, anak itu datang di sekolahnya. Ketika ditanya di mana ia tinggal, anak itu menjawab, "Di sana," sambil telunjuknya menunjuk ke arah atas. "Ada apa di sana?" tanya Ardi.

Anak itu menjawab, "Ada orang gede- gede buanget. Anak itu omongnya juga medhok lho Ma, kayak aku, persis," tutur Ardi seperti diceritakan kembali oleh Dewi. Tentu tak ada orang lain melihat "anak itu" kecuali Ardi. Dewi dan suaminya memahami apa yang terjadi pada Ardi dan juga adiknya. Beberapa anggota keluarganya juga memiliki kepekaan lebih dibandingkan dengan orang kebanyakan. Pada Ardi hal itu sudah terdeteksi saat masih bayi. "Kalau dengar suara azan, Ardi tampak mendengarkan dengan penuh konsentrasi," kenang Dewi. Menjelang usia 1,5 tahun, Ardi membaca kalimat syahadat secara sambung-menyambung seperti wirid. Sesudah bisa jalan, sebelum usia dua tahun, ia mulai mengambil sajadah sendiri, memakai sarung sendiri dan membuat gerakan seperti orang shalat, meskipun bukan waktu shalat.

Toh tingkah laku Ardi membuat Dewi merasa agak risau. "Ia melihat dan mendengar apa saja yang orang lain enggak bisa lihat dan enggak bisa dengar," katanya. Ia tidak menceritakan situasi anaknya itu pada setiap orang di luar keluarga. "Kalau enggak percaya bisa-bisa anak itu dianggap berkhayal," lanjutnya.

Dewi tidak mengecap anaknya berkhayal, karena dalam beberapa hal ia juga memiliki kepekaan itu, meski hanya sampai tingkat tertentu. "Suatu sore, sehabis shalat, saya merasa ada bayangan putih. Ardi rupanya juga melihat karena ia tersenyum. Dia bilang, 'Ma, ada yang ngikutin, perempuan. Tapi orangnya baik sekali.' Ketika saya tanya siapa, Ardi tidak menjawab."

Suatu hari, Dewi membaca majalah yang menulis tentang tanda-tanda anak indigo. "Lha saya pikir kok persis sekali sama anak saya. Lalu saya berusaha menemui dr Erwin di Klinik Prorevital."
ANAK-ANAK dengan kemampuan seperti Ardi bukan hal yang baru di dunia, tetapi fenomenanya semakin jelas 20 tahun terakhir ini. Beberapa film mengisahkan kemampuan anak dan manusia dewasa dengan kemampuan semacam itu, di antaranya The Sixth Sense, dan film-film seri seperti The X Files.

Menurut dr Tubagus Erwin Kusuma SpKj, psikiater yang menaruh perhatian pada masalah spiritualitas, anak-anak seperti itu semakin muncul di mana-mana di dunia, melewati batas budaya, agama, suku, etnis, kelompok, dan batas apa pun yang dibuat manusia untuk alasan- alasan tertentu.
Fenomena itu menarik perhatian banyak pihak, karena dalam paradigma psikologi manusia, anak-anak itu dianggap "aneh". Pandangan ini muncul karena selama ini kemanusiaan telanjur dianggap sebagai hal yang statis, tak pernah berubah. "Padahal, semua ciptaan Tuhan selalu berubah," ujar dr Erwin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar