Sabtu, 16 Juli 2011

Sejarah Batu Akik


Saya yakin, mayoritas pembaca disini tahu dengan apa yang disebut Batu Akik. Yak. salah satu batu mulia yang harganya bisa melambung, layaknya benda benda hiasan lainnya. Silakan lihat disini disana atau disunu kalau anda masih belom mengenal secara dekat dan akrab dengan benda ini, atau malah mungkin tertarik untuk berbisnis…
Tapi, dibalik semua itu, tahukah anda, bahwa ada sebuah cerita unik atau bolehlah disebut sebagai sejarah dari batu yang kerap dipakai pelawak Tessy untuk menghiasi jemari jemarinya itu?
Mari kita lihat…
*jreeeeenggg*
*kelambu dibuka*
*lampu dimatikan*
*doooooooohhh* <— teriakan seseorang, rupanya salah satu pemain ada yang kejedug pintu
Seorang Bapak, berkumis Chaplin, membacakan sebuah naskah… *oiya, lampu sudah menyala lagi*
“Perang Diponegoro, berakhir pada tahun 1830, makanya kerapkali disebut berakhir pada waktu magrib”
segera saja terdengar koor “Huuu” yang diiringi dengan melayangnya puluhan botol minuman, kunci, buku, snack, hempon menimpa wajah si bapak Chaplin palsu.

“Oke Oke. Pertunjukan segera dimulai. Ndak jadi pake prolog Deh…” ucap Chaplin Palsu sambil menangis darah.
========================================================
Pada zaman dulu, beberapa tahun sebelum masehi, di suatu desa nan indah permai, hiduplah keluarga yang harmonis sekali.
Keluarga tersebut hidup dari menambang batu batu mulia dan menjualnya ke kota, sebut saja Kota Batu. Sayangnya, keluarga itu baru saja kehilangan seorang Ayah, sebagai kepala keluarga, yang meninggal saat menambang batu mulia ketika  penyakit TBC  nya kambuh. Diduga, dia meninggal karena digigit oleh guguk nya Momon, dan dipukul secara tidak sengaja oleh anak   laki lakinya. Ah…lupakan sejenak tragedi itu…
Setelah kematian sang Ayah, keluarga tersebut bertumpu pada sang Ibu, karena anak   laki laki yang diharapkan mengganti kedudukan sang Ayah, ternyata mengalami degradasi intelejensi atau bahasa terus terangnya, mengalami penurunan kecerdasan. Diduga, karena ia sendiri sering memukul kepalanya sendiri karena mengira di kepalanya tersimpan batu mulia.
Jadilah, Sang Ibu harus sering travelling kemana saja, bahkan hingga ke Tanah Suci hanya untuk berburu batu mulia dan benda benda tribal, dan ternyata sangat terobsesi untuk menjual candi borobudur pada siapapun yang mau membelinya dengan harga tinggi. *mirip seseorang ya? :roll: *
*setelah diinvestigasi, ternyata orang ini supliernya eskopret lho*
Untuk memperkaya pengetahuannya, Sang Ibu mempersering gugling. Itulah mengapa dia selalu mengetahui perkembangan paling apdet tentang batu batu mulia. Saat istirahat ditengah pencarian batu mulia bersama anaknya, Sang Ibu menyempatkan diri membuka laptop, dan kadang kadang juga YMan dengan sesama pengusaha maupun hobiis batu mulia. Jangan heran, saat itu coverage jaringan wifi sudah mencapai seluruh pelosok negeri, hingga di tengah hutanpun jaringannya manstab. Hanya saja, Sang Ibu ini agak sombong dan sering mengejek teman temannya yang gaptek dengan “Kemana aje Lu Mooon” sehingga entah bagemana ceritanya, beliau dikutuk tuli.
Suatu siang yang cerah, saat Sang Ibu melihat saldo di akun paypalnya, tiba tiba PDA O2 Mini miliknya menyenandungkan lagu “Kucing Garong” pada volume maksimum dan getaran pada 1.2 skala richter. Segera diangkat, dan ternyata ada MMS dari anak laki lakinya itu. Saat itu, mata tuanya yang kebanyakan ngegem DotA dan mentengin JAV, tidak bisa melihat dengan jelas apa yang dimaksud anaknya. maka, beliau menelepon anaknya dengan simcard yang terbukti sms bangets dan nelpon murah bangets itu.
Ibu : Nak, opo sing kok kirim iku? Ibuk ndak understand. Maklum, wes kabur mripate… (Nak, apa yang kamu kirim ini? Ibu ndak ngerti. Maklum, matanya udah kabur)
Nak : anu bu… onok batu mulia sing aneh. lagi eruh saiki. (anu Bu…ada batu mulia yang aneh. baru lihat sekarang)
Ibu : ooo…pantesan… lha keruh, pantes aku ndak iso ndelok… (ooo…pantesan, lha keruh… makanya aku ndak bisa lihat) <— ini namanya distorsi informasi
Nak : *sepicles*
Ibu : yo opo se… Ibuk ngomong keruh malah njaluk sepis gels (gimana sih? Ibu bilang keruh kamu malah minta spice girls)
dengan kejam , sang Anak menutup pembicaraan tak berguna itu. Dan segera pulang ke rumah mengendarai kendaraan setianya.
sampai di rumah, ternyata ibunya masih nginang *entah ya, shaya chidak tau bahasa endonesiyanya apah,yang jelas, memainkan “sesuatu” berwarna merah di mulutnya. Sesuatu itu merupakan champuran daun sirih, injet atau kapur yang telah dibersihkan, ditambah dengan gambir* sambil ketawa ketiwi membaca wiki laknat di laptop Sony Vaio 15″nya. Dengan penuh suka cita, anaknya menunjukkan batu mulia untuk ditanyakan pada Ibunya. Sang Anak sendiri sudah yakin ibunya selalu tau batu apakah itu.
Nak : Buuu… iki batu opo jenengeee??? *sambil mengangsurkan batu mulia nan indah* (Bu, ini batu apa namanya?)
Ibu : *melihat lihat sebentar* sambil tetep nginang, memutar mutar “sesuatu” di mulutnya.
Hm… akik…. *sebenernya Ibu ini mau bilang ‘Apik’ alias bagus, cuma karena masih ngunyah jadi terdengar seperti itu*
Nak : oooh… dadi iki jenenge Batu Akik bu? (oooh, jadi ini namanya Batu Akik toh Bu?)
Ibu : *mengangguk pasti meski ndak denger apa yang ditanyakan anaknya.*
sang anak berlari lari kegirangan sambil mengumumkan se seluruh kampung bahwa nama batu mulia yang baru itu adalah “Akik” sedangkan pada saat yang sama, sang Ibu menghembuskan nafas terakhirnya karena diduga kuat meminum Kopi Joss dosis berlebih dan menelan susurnya, bersamaan dengan minum kopi tersebut.
Begitulah akhir hidup keluarga tersebut. menyedihkan dan mengharukan bukan? :cry:
dan, begitulah kisah disebutnya “Batu Akik” hingga menjadi nama sampai sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar